Romansa adalah dengan permainan yang strategis… Berikut adalah tips brilian yang akan menaruh senyum di bibir Anda. Daripada memuji seseorang yang Anda suka dan berharap dia jadi tertarik pada Anda, akan jauh lebih efisien jika Anda mengaplikasikan prinsip TAR effect: memuji dan menunjukkan ketertarikan pada seorang figur lain dalam hidup Anda.
Fenomena TAR, kependekan dari Transfer of Attitudes Recursively, dipublikasikan dalam Personality and Social Psychology Bulletin oleh Gawronski dan Walther. Secara sederhana TAR effect adalah kecenderungan kita untuk menyukai seseorang yang menyampaikan ketertarikannya pada sosok orang ketiga.
“People tend to like a person who expresses liking of a third person. This is interesting because a logical argument could be made that this should not happen. If A learns that B likes C, A has reason to also like C barring any information suggesting that B is not credible. The TAR effect refers to the recursive effect benefitting the communicator B. Why does this happen? Gawronski and Walther suggest that people make the reasonable, if not logical, assumption that someone who likes another has an overall higher baseline of liking people than someone who dislikes another.“
Untuk lebih mudah dimengerti, mari kita buat sebuah simulasi fiktif. Anda ingin membuat seorang wanita bernama Monahara (bukan tokoh sosialita itu, kemiripan nama hanya kebetulan belaka, ahahaha!) tertarik dan menyukai Anda. Ada dua cara yang tersedia. Cara paling cepat adalah dengan menjadi seorang pangeran dan membelikannya hadiah senilai $3575. Sayangnya, Anda harus berdarah biru atau setidaknya memiliki negara sendiri… :D
Jadi kini tersisa cara terakhir, yang mungkin tidak secepat atau seaktif cara pertama, tapi jauh lebih aplikatif bagi semua orang. Ketika sedang mengobrol dengan Monahara, ceritakan tentang figur orang ketiga -bisa pria atau wanita, populer atau biasa, tidak masalah- yang sangat Anda sukai. Pastikan Monahara dapat menangkap dengan detil ketika Anda berkisah dengan penuh warna, beri alasan emosional dan latar belakang sejarah, dan jangan ragu-ragu untuk memuji figur tersebut dengan agak berlebihan.
Ketika Anda melakukan hal tersebut, kekaguman dan ketertarikan Anda terhadap orang ketiga akan secara otomatis transfer pada diri Anda, ‘memaksa‘ lawan bicara untuk memandang Anda dengan kekaguman dan ketertarikan yang sama. Ukuran proyeksi yang Anda pakai tentang orang lain akan diserap dan dipakai oleh Monahara untuk menilai Anda.
Itu sebabnya saya sarankan di atas untuk memuji orang dengan sengaja berlebihan, agar tidak sepenuhnya lenyap seandainya cerminan efek TAR yang Anda terima mengalami devaluasi (mis. mood Monahara sedang jelek, suasana ribut obrolan tidak terdengar, sibuk main setrikaan, mwahahaha!).
Bahkan kalau Anda ingin jauh lebih pakem lagi, targetkan strategi ini pada teman-teman dan keluarga Monahara atau siapapun yang ia kagumi. Jangan sekali-kali memuji Monahara, itu justru akan menumpulkan perasaannya. Justru alihkan seluruh atensi Anda pada orang-orang di sekeliling Anda dan dia. Salah satu tips tipikal yang saya bagikan dalam workshop adalah Anda wajib mengungkit tentang sahabat terbaik Anda, ceritakan prestasinya dan mengapa Anda mengaguminya.
Tentu sepanjang waktu memuji-muji orang akan terasa aneh dan konyol, jadi sesekali Anda perlu menyeimbangkan dengan membicarakan persona yang kurang Anda sukai. Perhatikan bahwa Gawronski juga mengungkapkan,
“… people should like individuals who like their friends, but they should dislike individuals who dislike their friends. Conversely, people should dislike individuals who like people they personally dislike, but they should like individuals who dislike people they personally dislike.”
Jadi untuk amannya, takar porsi memuji dan membenci dengan perbandingan 2:1 atau 3:1.
Sumber : http://lexdepraxis.wordpress.com