namanya juga jodoh + tips nembak cewek

[Tulisan pemanasan dalam rangka memperingati ulang tahun perkawinan kami minggu depan]

Sekitar 6 tahun lalu, saat saya dan suami masih dalam status teman biasa, beliau mengatakan sesuatu yang membuat saya berpikir, “Sosok ini berbeda. Dan yang pasti wise banget.”

Beliau : “Nggi, ada yang pingin kuomongin.”
Saya : “Apaan tuh, Wid?” (FYI, namanya Widie)
Beliau : “Kamu pasti seneng banget. Aku aja seneng banget kok”
Saya : *Penasaran. Mulai maksa*
Beliau : “Aku tuh sayaaang banget sama kamu. Nah, silahkan kamu pilih pola kedekatan seperti apa yang bikin kamu nyaman.

1. Sahabatan? Kalo iya, aku bakalan
nganggep kamu sahabat terbaikku. Dan aku pasti prioritasin kamu.
2. Adik kakak? Kalo iya, aku pasti sayangin kamu seperti aku ke adikku. Kamu tau juga kan aku punya adik cewek. [named Wilda]
3. Pasangan selayaknya laki-laki ke perempuan. Dan aku pasti serius sama kamu.

Kamu pilih mana? Intinya aku sayang kamu. Dan ngga bermasalah dengan sistem hubungannya mau seperti apa.”

Saya : *mikir : busyet! Ada ya sosok pria sebaik ini??!* “Hmmm,Wid…Sepertinya aku lebih nyaman kalo kita SAHABATAN saja ya (a.k.a saya tolak! hehehe)”

Beliau : *sambil ngrangkul pundak dari samping* “Oke, makasih ya, Nggi” Kemudian tersenyum penuh arti, cakeeep banget.

Pertemanan kami terus berlanjut. Karena kebetulan mengikuti kegiatan mahasiswa yang sama, otomatis intensitas pertemuan cukup tinggi. Biasanya kami mengisinya dengan diskusi ataupun jalan-jalan ke toko buku.

Ternyata saya merasa cocok dan nyaman. Saya juga banyak belajar dari beliau. Mulai dari manajemen emosi hingga bagaimana menjadi holistic-thinker.

Enam bulan kemudian, saya dan beliau mengajukan proposal ke orangtua masing-masing bahwa berniat untuk menikah (bahkan umur saya belum genap 20 tahun!). Dan dikabulkan 1,5 tahun kemudian. Saya juga masih kuliah lho waktu itu. Empat tahun pernikahan, anak kami sudah dua. Dasar nekat.

sumber:

http://sanggita.wordpress.com/